Sunat massal sudah menjadi pemandangan umum di tengah masyarakat Indonesia. Lebih dari sekadar tradisi turun-temurun, kegiatan ini sarat akan nilai keagamaan dan kemanusiaan yang mendalam. Lazimnya, gelaran sunat massal bertujuan mulia, yakni meringankan beban keluarga kurang mampu yang terkendala biaya untuk mengkhitan anak-anak mereka.
Namun, bagaimana sebenarnya dengan hukum sunat massal bagi yang mampu? Apakah ada anjuran khusus bagi individu atau kelompok yang dianugerahi kelapangan rezeki untuk turut serta menyelenggarakan atau berkontribusi dalam acara mulia ini? Pertanyaan ini seringkali mengemuka dan krusial untuk dijawab agar pemahaman kita tentang amal kebaikan ini menjadi lebih utuh dan komprehensif.
Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai sisi terkait hukum sunat massal bagi yang mampu, mulai dari kacamata syariat Islam, segudang manfaat yang ditawarkannya, hingga langkah-langkah praktis bagi Anda yang tergerak untuk berpartisipasi atau bahkan menginisiasi kegiatan luhur ini. Mari kita selami lebih dalam seluk-beluknya.
Memahami Konsep Sunat Massal dalam Islam dan Masyarakat
Definisi Sunat Massal
Sunat massal, atau kerap pula disebut khitanan massal, adalah sebuah kegiatan khitan yang dilaksanakan secara serentak, menyasar sejumlah anak dalam satu waktu dan lokasi. Kegiatan ini biasanya digawangi oleh lembaga sosial, yayasan keagamaan, masjid, atau kelompok masyarakat dengan niat tulus membantu meringankan beban keluarga, khususnya dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Tak pelak lagi, pelaksanaannya seringkali melibatkan tenaga medis profesional guna menjamin keamanan dan sterilisasi alat.
Konsep ini sejatinya mencerminkan semangat gotong royong dan kepedulian sosial yang amat tinggi di tengah masyarakat. Di samping aspek medis, sunat massal acap kali dibarengi dengan beragam kegiatan sosial lainnya, seperti pemberian santunan atau bingkisan kepada anak-anak yang dikhitan, menjadikannya momen yang tak hanya bermakna, tetapi juga penuh kebahagiaan dan keberkahan.
Tujuan dan Filosofi Sunat Massal
Tujuan utama sunat massal tak lain adalah memfasilitasi pelaksanaan syariat khitan bagi anak-anak yang belum dikhitan, terutama mereka yang secara finansial kurang beruntung. Secara filosofis, kegiatan ini merupakan perwujudan nyata dari ajaran Islam tentang tolong-menolong dalam kebaikan (ta’awun ‘alal birri) dan kepedulian terhadap sesama. Ini juga sekaligus menjadi ikhtiar untuk menjaga kebersihan dan kesehatan sesuai tuntunan agama.
Bagi para penyelenggara, sunat massal adalah ladang pahala jariah yang bisa dipetik melalui sedekah dan pelayanan kepada umat. Sementara itu, bagi pihak yang menerima manfaat, kegiatan ini menjadi solusi jitu untuk memenuhi kewajiban agama sekaligus menjaga kesehatan tanpa perlu terbebani biaya yang mencekik.
Peran Sunat Massal dalam Komunitas
Sunat massal mengemban peran penting dalam merajut tali silaturahmi dan memperkuat solidaritas antaranggota komunitas. Kegiatan ini seringkali menjadi titik temu kebersamaan, di mana masyarakat dari berbagai latar belakang bersatu padu demi satu tujuan mulia. Tak hanya itu, sunat massal juga berfungsi sebagai jembatan edukasi kesehatan dan keagamaan bagi keluarga dan anak-anak.
Dalam skala yang lebih luas, sunat massal bisa menjadi cermin kepedulian sosial dan tanggung jawab kolektif suatu masyarakat terhadap kesejahteraan anggotanya. Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan tetap lestari dan terus diimplementasikan dalam denyut kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: Khitanan Massal Gratis di Depok 28 Desember 2025: Khitan Sehat, Fitrah Terjaga, Masa Depan Bahagia
Hukum Sunat (Khitan) dalam Islam Secara Umum
Pandangan Ulama tentang Hukum Khitan
Hukum khitan (sunat) bagi laki-laki dalam Islam merupakan isu yang telah dikaji secara mendalam oleh para ulama. Mayoritas ulama dari mazhab Syafi’i dan Hanbali berpendapat bahwa khitan hukumnya wajib bagi laki-laki. Mereka mendasarkan pandangan ini pada hadis-hadis Nabi Muhammad SAW serta praktik yang telah berlangsung sejak zaman para nabi.
Di sisi lain, ulama dari mazhab Hanafi dan Maliki cenderung berpendapat bahwa khitan hukumnya sunah muakkadah (sunah yang sangat ditekankan) bagi laki-laki. Kendati terdapat perbedaan dalam tingkatan hukumnya, semua mazhab bersepakat bahwa khitan adalah syariat yang sangat dianjurkan dan sarat akan manfaat.
Dalil-Dalil Pensyariatan Khitan
Pensyariatan khitan berpijak pada beberapa dalil kuat, di antaranya adalah firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 123 yang memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti millah (agama) Nabi Ibrahim yang hanif. Nabi Ibrahim sendiri adalah sosok yang berkhitan di usia senja, sebagaimana termaktub dalam hadis.
Selain itu, terdapat pula banyak hadis Nabi Muhammad SAW yang secara gamblang menyebutkan khitan sebagai salah satu fitrah (kesucian) yang dianjurkan. Misalnya, hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: “Ada lima hal termasuk fitrah: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan memendekkan kumis.” Dalil-dalil ini tak ayal lagi memperkuat posisi khitan sebagai bagian integral dari ajaran Islam.
Khitan sebagai Fitrah dan Syiar Islam
Khitan tak hanya dipandang sebagai kewajiban atau anjuran semata, melainkan juga sebagai bagian dari fitrah manusia yang selaras dengan ajaran Islam. Melaksanakan khitan berarti meneladani sunah para nabi dan menjaga kebersihan diri, yang notabene adalah separuh dari iman. Ini juga merupakan salah satu syiar Islam yang menjadi pembeda umat Muslim.
Dengan demikian, khitan memiliki dimensi kebersihan fisik, kesehatan, sekaligus identitas keagamaan. Melalui khitan, seorang Muslim menunjukkan ketaatannya kepada Allah SWT dan mengikuti jejak Rasulullah SAW serta para nabi terdahulu.
Baca Juga: Biaya Sunatan Massal: Panduan Lengkap & Cara Mengikuti
Hukum Sunat Massal Bagi yang Mampu: Perspektif Fiqih
Apakah Wajib Bagi yang Mampu Menyelenggarakan?
Mengenai hukum sunat massal bagi yang mampu, secara spesifik tidak ada dalil yang mewajibkan seseorang untuk menyelenggarakan sunat massal. Namun, dalam kacamata fiqih, tindakan menyelenggarakan sunat massal bagi yang mampu dapat dikategorikan sebagai sedekah jariah, amal jariyah, atau infak fi sabilillah.
Jika khitan adalah suatu kewajiban atau sunah muakkadah bagi anak laki-laki, maka uluran tangan untuk membantu orang lain melaksanakan kewajiban atau sunah tersebut adalah perbuatan yang sangat dianjurkan dan berpahala besar. Oleh karena itu, meskipun tidak berstatus wajib, menyelenggarakan sunat massal bagi yang mampu adalah bentuk ketaatan yang sangat terpuji dan merupakan implementasi nyata dari semangat tolong-menolong dalam kebaikan.
Implikasi Hukum Jika Tidak Melaksanakan
Mengingat tidak adanya kewajiban spesifik untuk menyelenggarakan sunat massal, maka tidak ada implikasi hukum berupa dosa atau sanksi jika seseorang yang mampu memilih untuk tidak melaksanakannya. Namun, perlu diingat bahwa kesempatan untuk beramal saleh adalah anugerah tak ternilai. Melewatkan peluang untuk membantu sesama dalam melaksanakan syariat khitan berarti melewatkan kesempatan emas untuk meraup pahala dan keberkahan dari Allah SWT.
Dalam Islam, kedermawanan dan kepedulian sosial amat sangat ditekankan. Bagi mereka yang memiliki kemampuan finansial, menyelenggarakan sunat massal adalah salah satu cara terbaik untuk menginvestasikan harta di jalan Allah, yang insya Allah akan berbuah kebaikan di dunia dan akhirat, layaknya menanam pohon kebaikan yang tak henti berbuah.
Sunat Massal sebagai Sedekah Jariah
Salah satu aspek terpenting dari hukum sunat massal bagi yang mampu adalah statusnya sebagai sedekah jariah. Sedekah jariah adalah sedekah yang pahalanya tak putus mengalir, bahkan setelah pemberinya wafat sekalipun, selama manfaatnya masih dirasakan. Dengan menyelenggarakan sunat massal, seseorang telah menjadi jembatan bagi anak-anak untuk melaksanakan syariat khitan, yang berdampak pada kebersihan, kesehatan, dan ketaatan beragama mereka.
Setiap kali anak yang dikhitan menjaga kebersihan, menjalankan ibadah, atau menjalani kehidupan yang lebih sehat berkat khitan yang difasilitasi, pahalanya insya Allah akan turut mengalir deras kepada para penyelenggara dan donatur. Ini adalah investasi akhirat yang sangat menguntungkan, ibarat menabung pahala yang terus berlipat ganda.
Baca Juga: Khitanan Massal Menurut Islam: Panduan Lengkap & Manfaatnya
Niat dan Syarat Penyelenggaraan Sunat Massal yang Sah
Pentingnya Niat yang Ikhlas
Dalam setiap amal ibadah dan kebaikan, niat memegang peranan fundamental yang tak tergantikan. Niat yang ikhlas, semata-mata karena Allah SWT dan hanya untuk mengharap ridha-Nya, adalah kunci utama diterimanya amal. Demikian pula halnya dalam penyelenggaraan sunat massal. Penyelenggara harus menancapkan niat tulus untuk membantu sesama, menegakkan syariat Islam, dan beramal saleh, bukan untuk mencari pujian, popularitas, atau keuntungan pribadi semata.
Keikhlasan niat inilah yang akan membedakan antara kegiatan sosial biasa dengan ibadah yang bernilai tinggi di sisi Allah. Pastikan seluruh panitia dan pihak terkait memahami betul pentingnya niat ini agar seluruh proses berjalan dengan penuh berkah dan makna.
Syarat Peserta dan Penyelenggara
Untuk peserta, syarat utamanya adalah anak laki-laki yang belum dikhitan dan umumnya berasal dari keluarga yang membutuhkan. Meski begitu, ada pula penyelenggaraan sunat massal yang membuka pintu lebar-lebar untuk umum tanpa batasan ekonomi, tergantung kebijakan dan kapasitas panitia.
Adapun untuk penyelenggara, hukum sunat massal bagi yang mampu menuntut beberapa syarat krusial: kemampuan finansial yang memadai, kemampuan organisasi untuk mengelola acara dengan baik, serta pengetahuan yang cukup mengenai prosedur khitan dan seluk-beluk aspek syariatnya. Penyelenggara juga wajib memastikan ketersediaan tenaga medis profesional dan fasilitas yang representatif dan memadai.
Aspek Kesehatan dan Keamanan dalam Pelaksanaan
Aspek kesehatan dan keamanan tak dapat ditawar lagi, menjadi prioritas utama dalam setiap gelaran sunat massal. Penyelenggara mutlak memastikan bahwa khitan dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih dan memiliki izin praktik yang sah, seperti dokter atau perawat. Sterilisasi alat-alat medis pun harus terjamin 100% guna mencegah risiko infeksi yang tidak diinginkan.
Di samping itu, lokasi pelaksanaan haruslah bersih, higienis, dan memenuhi standar kesehatan yang berlaku. Penyelenggara juga perlu mempersiapkan obat-obatan pasca-sunat dan memberikan edukasi komprehensif kepada orang tua mengenai tata cara perawatan luka khitan. Protokol kesehatan yang ketat, apalagi di era pandemi, harus diterapkan tanpa kompromi untuk melindungi semua pihak yang terlibat.
Baca Juga: Sunat Massal Gratis 2025: Panduan Lengkap dan Manfaatnya
Manfaat Sunat Massal: Kesehatan, Sosial, dan Keagamaan
Manfaat Kesehatan Khitan
Manfaat khitan dari sudut pandang medis telah terbukti secara ilmiah dan diakui luas. Khitan terbukti mampu mengurangi risiko infeksi saluran kemih (ISK) pada bayi dan anak-anak. Tak hanya itu, khitan juga dapat menurunkan risiko penularan beberapa penyakit menular seksual (PMS) pada laki-laki dewasa, meskipun tentu saja bukan satu-satunya faktor penentu.
Lebih lanjut, khitan memudahkan praktik kebersihan pribadi, lantaran kulit kulup yang tidak dikhitan cenderung mengumpulkan smegma, yakni campuran sel kulit mati, minyak, dan kelembapan, yang bisa menjadi sarang empuk bagi bakteri. Dengan demikian, khitan secara signifikan berkontribusi pada kesehatan dan higienitas tubuh.
Dampak Sosial Positif Sunat Massal
Sunat massal menyuguhkan dampak sosial yang sangat positif dan terasa langsung di masyarakat. Bagi keluarga kurang mampu, kegiatan ini adalah solusi nyata yang meringankan beban biaya khitan yang seringkali tidak sedikit. Ini juga secara efektif mengurangi kesenjangan sosial karena setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan layanan khitan yang layak dan berkualitas.
Jauh melampaui itu, sunat massal juga turut serta menciptakan ikatan komunitas yang kuat dan kokoh. Momen kebersamaan ini menumbuhkan rasa solidaritas, kepedulian, dan kebahagiaan kolektif. Anak-anak yang dikhitan pun merasakan dukungan hangat dari lingkungan sekitar, yang pada gilirannya dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka.
Pahala dan Keberkahan dari Allah SWT
Bagi mereka yang menyelenggarakan atau berkontribusi dalam sunat massal, pahala dan keberkahan yang dijanjikan Allah SWT sungguh tak terkira besarnya. Seperti yang telah diuraikan, ini adalah bentuk sedekah jariah yang pahalanya terus mengalir deras. Allah SWT amat mencintai hamba-Nya yang gemar berinfak dan menolong sesama, terlebih dalam urusan kebaikan.
Selain pahala di akhirat kelak, keberkahan juga dapat dirasakan di dunia, baik dalam wujud kelancaran rezeki, kesehatan yang prima, maupun ketenangan jiwa yang hakiki. Berbagi kebaikan adalah jalan lapang untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menggapai ridha-Nya yang abadi.
Baca Juga: Sunatan Massal Lirik: Tradisi, Makna, & Pelaksanaan
Langkah-Langkah Praktis Menyelenggarakan Sunat Massal
Perencanaan dan Pembentukan Panitia
Langkah pertama yang tak boleh dilewatkan dalam menyelenggarakan sunat massal adalah perencanaan yang matang dan terstruktur. Ini mencakup penentuan tanggal, lokasi strategis, estimasi anggaran yang dibutuhkan, dan target jumlah peserta. Setelah itu, bentuklah panitia yang solid dengan pembagian tugas yang jelas, seperti seksi acara, seksi medis, seksi logistik, seksi dana, dan seksi publikasi. Pastikan setiap anggota panitia memahami betul peran dan tanggung jawabnya.
Pertimbangkan pula untuk melibatkan tokoh masyarakat, ulama, dan pemerintah setempat agar acara mendapatkan dukungan penuh dan berjalan lancar tanpa hambatan berarti. Perencanaan yang cermat adalah kunci utama keberhasilan sebuah acara besar.
Pemilihan Lokasi dan Tenaga Medis Profesional
Pilihlah lokasi yang strategis, mudah diakses oleh peserta, dan memiliki fasilitas yang memadai untuk pelaksanaan khitan, seperti ruang tunggu yang nyaman, ruang tindakan yang steril, dan toilet yang bersih. Pastikan juga ada area yang nyaman untuk anak-anak pasca-sunat beristirahat.
Yang paling krusial adalah pemilihan tenaga medis. Carilah dokter atau perawat yang berpengalaman mumpuni dalam melakukan khitan, memiliki sertifikasi resmi, dan rekam jejak yang baik. Jalinlah kerja sama erat dengan rumah sakit, puskesmas, atau klinik terpercaya untuk mendapatkan tenaga medis profesional dan memastikan ketersediaan peralatan yang steril. Ini adalah investasi penting demi keamanan dan kesehatan para peserta.
Sosialisasi dan Pendaftaran Peserta
Lakukan sosialisasi secara masif dan luas kepada masyarakat target melalui berbagai kanal media, seperti pengumuman di masjid-masjid, media sosial, pamflet, atau melalui perangkat RT/RW setempat. Jelaskan syarat dan ketentuan pendaftaran secara transparan dan mudah dipahami.
Sediakan mekanisme pendaftaran yang praktis dan jelas. Data yang terkumpul harus mencakup informasi penting seperti nama anak, usia, nama orang tua, alamat lengkap, dan riwayat kesehatan singkat. Informasi ini akan sangat membantu panitia dalam persiapan dan penanganan khusus jika sewaktu-waktu diperlukan.
Pelaksanaan dan Tindak Lanjut Pasca-Sunat
Pada hari-H pelaksanaan, pastikan semua prosedur berjalan sesuai rencana yang telah disusun. Mulai dari pendaftaran ulang, pemeriksaan awal oleh dokter, proses khitan yang cermat, hingga pemberian obat dan edukasi pasca-sunat kepada orang tua. Ciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan bagi anak-anak untuk meminimalisir rasa cemas dan takut mereka.
Tindak lanjut pasca-sunat juga sangat penting dan tak boleh diabaikan. Berikan nomor kontak yang bisa dihubungi jika ada keluhan atau pertanyaan setelah khitan. Jika memungkinkan, lakukan kunjungan singkat atau telepon untuk memantau kondisi anak-anak beberapa hari setelah sunat. Ini menunjukkan kepedulian dan tanggung jawab penuh dari pihak panitia.
Baca Juga: Sunat Massal Gratis: Manfaat, Cara Daftar & Persiapan
Etika dan Pertimbangan Penting dalam Sunat Massal
Menjaga Privasi dan Kenyamanan Peserta
Meskipun sunat massal adalah acara yang melibatkan banyak orang, sangat penting untuk menjaga privasi dan kenyamanan setiap peserta, terutama anak-anak. Hindari pengambilan foto atau video yang terlalu terbuka tanpa izin jelas dari orang tua. Sediakan area yang cukup pribadi untuk proses khitan dan pastikan anak-anak merasa aman serta nyaman selama prosedur.
Perlakukan setiap anak dengan hormat dan empati yang tinggi. Staf dan tenaga medis harus bersikap ramah, menenangkan, dan sabar. Memberikan bingkisan atau hadiah kecil setelah sunat juga dapat menjadi penawar rasa sakit dan membantu meningkatkan suasana hati anak-anak.
Transparansi Dana dan Akuntabilitas
Bagi penyelenggara, terutama yang menghimpun dana dari publik, transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana adalah hal yang mutlak dan tidak bisa ditawar. Laporkan setiap pemasukan dan pengeluaran secara rinci, jujur, dan terbuka kepada para donatur serta masyarakat luas.
Publikasikan laporan keuangan secara berkala, baik melalui media sosial, papan pengumuman di lokasi strategis, atau laporan tertulis. Hal ini akan membangun kepercayaan publik dan mendorong lebih banyak partisipasi di masa mendatang. Pengelolaan dana yang bersih dan akuntabel adalah cerminan niat baik yang sesungguhnya.
Kerja Sama dengan Lembaga Berwenang
Menjalin kerja sama yang erat dengan lembaga berwenang seperti Dinas Kesehatan, pemerintah daerah (kelurahan/kecamatan), atau organisasi masyarakat lainnya sangat dianjurkan. Sinergi ini dapat memberikan dukungan legalitas, bantuan teknis, hingga potensi pendanaan tambahan yang sangat berarti.
Misalnya, Dinas Kesehatan dapat membantu dalam penyediaan tenaga medis, alat kesehatan, atau bahkan vaksinasi. Pemerintah daerah dapat memfasilitasi perizinan dan dukungan logistik yang dibutuhkan. Sinergi antarpihak akan membuat acara sunat massal berjalan lebih efektif, efisien, dan memberikan dampak yang lebih luas.
Baca Juga: Zakat: Pengertian, Jenis, Manfaat, dan Cara Menghitungnya
Menjadikan Sunat Massal sebagai Tradisi Kebaikan Berkelanjutan
Membangun Program Berkelanjutan
Bagi mereka yang dianugerahi kemampuan dan niat luhur untuk beramal, menjadikan sunat massal sebagai program berkelanjutan adalah langkah yang sangat mulia dan patut diapresiasi. Alih-alih hanya sekali setahun, pertimbangkan untuk menyelenggarakan sunat massal secara rutin, misalnya setiap enam bulan atau setiap tahun pada momen-momen khusus seperti liburan sekolah atau bulan Ramadhan yang penuh berkah.
Program berkelanjutan akan memastikan bahwa lebih banyak anak mendapatkan manfaat dan keberkahan dari khitan. Ini juga secara otomatis membangun citra positif bagi penyelenggara dan mendorong partisipasi aktif yang lebih besar dari masyarakat.
Melibatkan Generasi Muda
Libatkanlah generasi muda, seperti pelajar atau mahasiswa, dalam kepanitiaan sunat massal. Ini adalah kesempatan emas untuk menanamkan nilai-nilai kepedulian sosial, semangat gotong royong, dan jiwa kepemimpinan pada diri mereka sejak dini. Generasi muda dapat membantu dalam sosialisasi, pendaftaran, atau berbagai kegiatan pendukung lainnya yang dibutuhkan.
Dengan melibatkan mereka, kita tidak hanya mendapatkan bantuan tenaga, tetapi juga secara tidak langsung menciptakan agen perubahan yang akan meneruskan tradisi kebaikan ini di masa depan. Ini adalah investasi jangka panjang yang sangat berharga untuk kemajuan masyarakat.
Dampak Jangka Panjang bagi Masyarakat
Sunat massal, jika dilakukan secara konsisten dan terorganisir dengan baik, akan memberikan dampak jangka panjang yang signifikan bagi masyarakat. Dari sisi kesehatan, ini akan meningkatkan derajat kesehatan anak-anak dan mengurangi risiko penyakit tertentu. Dari sisi sosial, ini akan memperkuat solidaritas, kebersamaan, dan rasa kekeluargaan.
Secara keagamaan, ini akan membantu lebih banyak umat Islam melaksanakan salah satu syariat penting dalam ajaran agama. Dengan demikian, hukum sunat massal bagi yang mampu bukan hanya tentang kewajiban atau anjuran sesaat, melainkan tentang membangun fondasi masyarakat yang lebih sehat, peduli, dan senantiasa berlandaskan nilai-nilai kebaikan yang luhur.
Kesimpulan
Memahami hukum sunat massal bagi yang mampu membawa kita pada kesimpulan bahwa meskipun tidak ada kewajiban mutlak untuk menyelenggarakannya, ia adalah sebuah amal kebaikan yang sangat dianjurkan dan bernilai tinggi dalam Islam. Sunat massal adalah bentuk sedekah jariah yang pahalanya terus mengalir, sekaligus manifestasi nyata dari kepedulian sosial, semangat tolong-menolong, dan penegakan syariat.
Bagi individu atau kelompok yang dianugerahi kelapangan rezeki, menyelenggarakan atau berkontribusi dalam sunat massal adalah kesempatan emas untuk menginvestasikan harta di jalan Allah, membantu sesama, dan meraih keberkahan yang tak terhingga. Penting untuk memastikan niat yang ikhlas, perencanaan yang matang, serta pelaksanaan yang profesional dan selalu memperhatikan aspek kesehatan serta etika.
Dengan semangat kebersamaan dan niat tulus yang tak tergoyahkan, sunat massal dapat menjadi tradisi kebaikan yang berkelanjutan, memberikan manfaat kesehatan, sosial, dan keagamaan yang sangat besar bagi anak-anak dan seluruh komunitas. Mari bersama-sama meraih keberkahan melalui amal mulia ini, karena sejatinya, tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.
FAQ
Tidak selalu demikian. Meskipun seringkali ditujukan untuk keluarga kurang mampu sebagai bentuk uluran tangan, beberapa penyelenggara sunat massal juga membuka pendaftaran untuk umum tanpa batasan ekonomi. Tujuan utamanya adalah memfasilitasi khitan bagi siapa saja yang membutuhkan, namun prioritas seringkali memang diberikan kepada yang kurang mampu sebagai bentuk bantuan sosial.
Biaya penyelenggaraan sunat massal sangat bervariasi, bagaikan langit dan bumi, tergantung pada jumlah peserta, lokasi, fasilitas yang disediakan, dan honorarium tenaga medis. Untuk acara sederhana dengan puluhan peserta, bisa berkisar dari belasan hingga puluhan juta rupiah. Sementara untuk skala yang lebih besar dengan ratusan peserta dan fasilitas lengkap, biayanya bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Pilihlah tenaga medis yang memiliki kompetensi dan pengalaman mumpuni dalam khitan, seperti dokter umum, dokter bedah, atau perawat yang terlatih dan bersertifikasi. Pastikan mereka memiliki izin praktik yang sah dan reputasi yang baik di masyarakat. Sebaiknya, jalin kerja sama dengan lembaga kesehatan resmi seperti rumah sakit atau puskesmas untuk mendapatkan tenaga medis yang terpercaya dan memastikan standar sterilisasi alat terjaga dengan ketat.
Tentu saja, sunat massal bisa dilakukan kapan saja, tidak terikat pada bulan tertentu. Namun, seringkali diselenggarakan pada musim liburan sekolah atau bulan Ramadhan karena dianggap lebih fleksibel bagi anak-anak untuk pemulihan dan juga karena Ramadhan adalah bulan penuh berkah untuk beramal kebaikan, sehingga semangat berbagi semakin membara.